Tafsir Al-Alaq 1-5
2. Penafsiran Mufrodatdan Ayat
2.1. Penafsiran mufrodat surat Al-Alaq 1-5
“Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan” (Al-Alaq :1)
Dalam suku kata pertama yaitu “bacalah” telah membuka kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi Muhammad SAW diperintahkan membaca wahyu yang akan diturunkan kepada beliau itu diatas nama Allah, Tuhan yang telah menciptakan, yaitu menciptakan manusia.
“Dia telah menciptakan manusia ari segumpal darah ” (Al-Alaq : 2)
Yaitu peringkat kedua setelah nutfah, yaitu segumpal air yang telah terpadu dari mani si laki-laki dengan si perempuan, yang setelah 40 hari lamanya air itu telah menjelma jadi segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula setelah 40 hari menjadi segumpal daging (mudhgah).
Nabi bukanlah seorang yang pandai membaca, beliau adalah ummy, yang boleh diartikan buta huruf, tidak pandai menulis dan tidak pandai pula membaca yanf tertulis. Tetapi malaikat Jibril mendesaknya sampai tiga kali supaya dia membaca. Meskipun Nabi Muhammad tidak pandai menulis, namun ayat-ayat itu akan dibawa langsung oleh malaikat Jibril kepada beliau, diajarkan hingga beliau dapat menghapalnya di luar kepala, dengan sebab itu akan dapatlah beliau membacanya, Allah yang menciptakan semuanya. Rasul yang tak panai menulis dan membaca itu akan pandai kelak membaca ayat-ayat yang diturunkan kepada beliau, sehingga bila mana wahyu-wahyu itu telah turun kelak, akan diberi nama Al-Qur’an. Dan Al-Qur’an itu pun artinya ialah bacaan. Seakan-akan Tuhan berfirma : “Bacalah, atas udrat-Ku dan irodat-Ku”.
Syaikh Muhammad Abduh di dalam tafsir Juz ‘amanya menerangkan : “Yaitu Allah Yang Maha Kuasa menjadikan manusia dari air mani, menjelma jadi darah segumpal, kemudian jadi manusia penuh, niscaya kuasa pula menimbulkan kesanggupan membaca dan menulis.” Maka jika kita selidiki hadist yang menerangkan bahwa tiga kali Nabi disuruh membaca, tiga kali pula beliau menjawab jujur bahwa beliau tidak pandai membaca, tiga kali pula Jibril memeluknya keras-keras, buat meyakinkan baginya bahwa sejak saat itu kesanggupan membaca itu sudah ada padanya, apalagi beliau adalah Al-Insan, Al-Kamil, manusi sempurna. Banyak lagi yang akan dibacanya dibelakang hari. Yang penting harus diketahui bahwa dasar segala yang akan dibacanya itu kelak akan menggunakan dengan nama Allah juga.
“Bacalah! Dan Tuhan engkau itu Maha Mulia” (Al-Alaq : 3)
Setelah di ayat yang pertama beliau diperintahan membaca di atas nama Allah yang menciptakan insane dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruhnya membaca diatas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah Yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Sayang kepada makhluknya.
“Dia mengajar (manusia) dengan perantara kalam” (Al-Alaq : 4)
Itulah keistimewaan Tuhan, itulah kemuliyaan yang tertinggi, yaitu diajarkannya kepada manusia berbagai ilmu, dibukanya berbagai rahasia, diserahkannya berbagai kunci untuk membuka perbendaharaan Allah, yaitu dengan qalam. Dengan pena! Disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan pula bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat di catat, pena adalh beku dan kaku, tidak hidup, namun yang dituliskan pena itu adalh berbagai hal yang dapat dipahamkan oleh manusia.
Sedangkan menurut Ahmad Mushthafa Al-Maraghy : “Yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesame manusia, sekalipun letaknya saling berjauhan. Dan ia tak ubahnya lisan yang berbicara. Qalam atau pena adalah benda mati yang tidak bias memberikan pengertian, oleh sebab itu Dzat yang menciptkan, bensa mati menjadi alat komukasi. Sesungguhnya tidak ada kesulitan bagi-Nya, menjadikan Nabi Muhammad bisa membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran, apalagi Nabi Muhammad adalah manusia yang sempurna.”
Disini Allah telah menyatakan bahwa diri-Nya lah yang telah menciptakan manusia dari alaq, kemudian mengajari manusia dengan perantara kalam, demikian itu agar manusia dapat menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakikat segala sesuatu.
“Mengajari kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Al-Alaq : 5)
Lebih dahulu Allah Ta’ala mengajarkan manusia menggunakan qalam. Sesuadah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru didapatnya ilmu itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannnya.
Maka di dalam susunan kelima ayat ini, sebagai ayat yang mula-mula turun, nampak dengan kata-kata singkat Tuhan yang telah menerangkan asal-usul kejadian seluruh manusia yang semuanya sama, yaitu dari segumpal darah yang berasal dari segumpal mani, dan segumpal mani itu berasal dai saringan halus makanan manusia yang diambil dari bumi, yaitu dari hormon, kalori, vitamin dan berbagai zat yang lain, yang semua diambil dari bumi baik dari sayuran, buah-buahan, makanan pokok, dan daging. Kemudian manusia bertambah besar dan dewasa, yang terpenting alat untuk menghubungkan dirinya dengan manusia sekitarnya ialah kesanggupan berkata-kata dengan lidah, sebagai sambungan dari apa yang terasa dalam hatinya, kemudian bertambah juga kecerdasannya, maka diberi pulalah kepandaian menulis.
3. Asbabun Nuzul
3.1. Asbabun Nuzul Surat Al-Alaq 1-5
Disebutkan dalam hadits-hadits shahih, bahwa Nabi SAW mendatangi gua hira’ (hira’ adalah nama gunung di Makkah) untuk tujuan beribadah selama beberapa hari, beliau kembal kepada istrinya, Siti Khadijah untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari di dalam gua, beliau dikejutkan oleh kedatangan malaikat membawa wahyu Illahi. Malaikat berkata kepadanya : “Bacalah!” beliau menjawab “Saya tidak bisa membaca”. Perawai mengatakan bahwa untuk kedua kalinya malaikat memrgang nabi dan mengguncangkan badannya hingga nabi kepayahan, dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya “Bacalah!” Nabi menjawab “Saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan, bahwa untuk ketiga kalinya malaikat memrgang nabi dan mengguncangkannya hingga beliau kepayahan. Setelah itu barulah nabi mengucapkan apa yang diucapkan oleh malaikat, yaitu surat Al-Alaq 1-5.
Para perawi hadits mengatakan bahwa Nabi SAW kembali ke rumah Khadijah dalam keadaan gemetar seraya mengatakan, “Selimuti aku, selimutilah aku!” kemudian Khadijah menyelimuti beliau hingga rasa takut beliau pun hilang. Setelah itu beliau menceritakan semuanya kepada Khadijah, kemudian Khadijah mengajak beliau menemui Waraqah Ibnu Naufal Ibnu ‘Abdi ‘I-Uzza (anak paman Khadijah), berdasarkan hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa permulaan surat ini merupakan awal ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan dan merupakan rahmat Allah pertama yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya, serta kitab pertama ditujukan keapada Rasulullah SAW.
4. Analisa Ayat dalam Konteks Pendidikan.
Perintah membaca merupakan perintah yang paling penting dan berharga yang dapat diberikan pada umat manusia sebagai homo educadum (makhluk yang dapat dan harus dididik). Meski manusia diciptakan berasal dari setetes air mani yang sangat hina akan tetapi manusia adalah makhluk yang dapat dan harus dididik, karena dengan pendidikan maka potensi diniyah dan potensi-potensi kemanusiaan lainnya yang dimiliki setiap orang akan berkembang secara wajar. Melalui pendidikan harkat dan martabat manusia akan terjaga dengan sendirinya dan akan terus menuju kesempurnaan. Dan apabila ia belajar dan berfikir sampai ia memperoleh ilmu pengetahuan maka ia akan menempati derajat yang tinggi, sebagai mana yang dijelaskan dalam surat Al-Mujadalah ayat 11:
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa tingkatan.”
2.1. Penafsiran mufrodat surat Al-Alaq 1-5
“Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan” (Al-Alaq :1)
Dalam suku kata pertama yaitu “bacalah” telah membuka kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi Muhammad SAW diperintahkan membaca wahyu yang akan diturunkan kepada beliau itu diatas nama Allah, Tuhan yang telah menciptakan, yaitu menciptakan manusia.
“Dia telah menciptakan manusia ari segumpal darah ” (Al-Alaq : 2)
Yaitu peringkat kedua setelah nutfah, yaitu segumpal air yang telah terpadu dari mani si laki-laki dengan si perempuan, yang setelah 40 hari lamanya air itu telah menjelma jadi segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula setelah 40 hari menjadi segumpal daging (mudhgah).
Nabi bukanlah seorang yang pandai membaca, beliau adalah ummy, yang boleh diartikan buta huruf, tidak pandai menulis dan tidak pandai pula membaca yanf tertulis. Tetapi malaikat Jibril mendesaknya sampai tiga kali supaya dia membaca. Meskipun Nabi Muhammad tidak pandai menulis, namun ayat-ayat itu akan dibawa langsung oleh malaikat Jibril kepada beliau, diajarkan hingga beliau dapat menghapalnya di luar kepala, dengan sebab itu akan dapatlah beliau membacanya, Allah yang menciptakan semuanya. Rasul yang tak panai menulis dan membaca itu akan pandai kelak membaca ayat-ayat yang diturunkan kepada beliau, sehingga bila mana wahyu-wahyu itu telah turun kelak, akan diberi nama Al-Qur’an. Dan Al-Qur’an itu pun artinya ialah bacaan. Seakan-akan Tuhan berfirma : “Bacalah, atas udrat-Ku dan irodat-Ku”.
Syaikh Muhammad Abduh di dalam tafsir Juz ‘amanya menerangkan : “Yaitu Allah Yang Maha Kuasa menjadikan manusia dari air mani, menjelma jadi darah segumpal, kemudian jadi manusia penuh, niscaya kuasa pula menimbulkan kesanggupan membaca dan menulis.” Maka jika kita selidiki hadist yang menerangkan bahwa tiga kali Nabi disuruh membaca, tiga kali pula beliau menjawab jujur bahwa beliau tidak pandai membaca, tiga kali pula Jibril memeluknya keras-keras, buat meyakinkan baginya bahwa sejak saat itu kesanggupan membaca itu sudah ada padanya, apalagi beliau adalah Al-Insan, Al-Kamil, manusi sempurna. Banyak lagi yang akan dibacanya dibelakang hari. Yang penting harus diketahui bahwa dasar segala yang akan dibacanya itu kelak akan menggunakan dengan nama Allah juga.
“Bacalah! Dan Tuhan engkau itu Maha Mulia” (Al-Alaq : 3)
Setelah di ayat yang pertama beliau diperintahan membaca di atas nama Allah yang menciptakan insane dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruhnya membaca diatas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah Yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Sayang kepada makhluknya.
“Dia mengajar (manusia) dengan perantara kalam” (Al-Alaq : 4)
Itulah keistimewaan Tuhan, itulah kemuliyaan yang tertinggi, yaitu diajarkannya kepada manusia berbagai ilmu, dibukanya berbagai rahasia, diserahkannya berbagai kunci untuk membuka perbendaharaan Allah, yaitu dengan qalam. Dengan pena! Disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan pula bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat di catat, pena adalh beku dan kaku, tidak hidup, namun yang dituliskan pena itu adalh berbagai hal yang dapat dipahamkan oleh manusia.
Sedangkan menurut Ahmad Mushthafa Al-Maraghy : “Yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesame manusia, sekalipun letaknya saling berjauhan. Dan ia tak ubahnya lisan yang berbicara. Qalam atau pena adalah benda mati yang tidak bias memberikan pengertian, oleh sebab itu Dzat yang menciptkan, bensa mati menjadi alat komukasi. Sesungguhnya tidak ada kesulitan bagi-Nya, menjadikan Nabi Muhammad bisa membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran, apalagi Nabi Muhammad adalah manusia yang sempurna.”
Disini Allah telah menyatakan bahwa diri-Nya lah yang telah menciptakan manusia dari alaq, kemudian mengajari manusia dengan perantara kalam, demikian itu agar manusia dapat menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakikat segala sesuatu.
“Mengajari kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Al-Alaq : 5)
Lebih dahulu Allah Ta’ala mengajarkan manusia menggunakan qalam. Sesuadah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru didapatnya ilmu itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannnya.
Maka di dalam susunan kelima ayat ini, sebagai ayat yang mula-mula turun, nampak dengan kata-kata singkat Tuhan yang telah menerangkan asal-usul kejadian seluruh manusia yang semuanya sama, yaitu dari segumpal darah yang berasal dari segumpal mani, dan segumpal mani itu berasal dai saringan halus makanan manusia yang diambil dari bumi, yaitu dari hormon, kalori, vitamin dan berbagai zat yang lain, yang semua diambil dari bumi baik dari sayuran, buah-buahan, makanan pokok, dan daging. Kemudian manusia bertambah besar dan dewasa, yang terpenting alat untuk menghubungkan dirinya dengan manusia sekitarnya ialah kesanggupan berkata-kata dengan lidah, sebagai sambungan dari apa yang terasa dalam hatinya, kemudian bertambah juga kecerdasannya, maka diberi pulalah kepandaian menulis.
3. Asbabun Nuzul
3.1. Asbabun Nuzul Surat Al-Alaq 1-5
Disebutkan dalam hadits-hadits shahih, bahwa Nabi SAW mendatangi gua hira’ (hira’ adalah nama gunung di Makkah) untuk tujuan beribadah selama beberapa hari, beliau kembal kepada istrinya, Siti Khadijah untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari di dalam gua, beliau dikejutkan oleh kedatangan malaikat membawa wahyu Illahi. Malaikat berkata kepadanya : “Bacalah!” beliau menjawab “Saya tidak bisa membaca”. Perawai mengatakan bahwa untuk kedua kalinya malaikat memrgang nabi dan mengguncangkan badannya hingga nabi kepayahan, dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya “Bacalah!” Nabi menjawab “Saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan, bahwa untuk ketiga kalinya malaikat memrgang nabi dan mengguncangkannya hingga beliau kepayahan. Setelah itu barulah nabi mengucapkan apa yang diucapkan oleh malaikat, yaitu surat Al-Alaq 1-5.
Para perawi hadits mengatakan bahwa Nabi SAW kembali ke rumah Khadijah dalam keadaan gemetar seraya mengatakan, “Selimuti aku, selimutilah aku!” kemudian Khadijah menyelimuti beliau hingga rasa takut beliau pun hilang. Setelah itu beliau menceritakan semuanya kepada Khadijah, kemudian Khadijah mengajak beliau menemui Waraqah Ibnu Naufal Ibnu ‘Abdi ‘I-Uzza (anak paman Khadijah), berdasarkan hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa permulaan surat ini merupakan awal ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan dan merupakan rahmat Allah pertama yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya, serta kitab pertama ditujukan keapada Rasulullah SAW.
4. Analisa Ayat dalam Konteks Pendidikan.
Perintah membaca merupakan perintah yang paling penting dan berharga yang dapat diberikan pada umat manusia sebagai homo educadum (makhluk yang dapat dan harus dididik). Meski manusia diciptakan berasal dari setetes air mani yang sangat hina akan tetapi manusia adalah makhluk yang dapat dan harus dididik, karena dengan pendidikan maka potensi diniyah dan potensi-potensi kemanusiaan lainnya yang dimiliki setiap orang akan berkembang secara wajar. Melalui pendidikan harkat dan martabat manusia akan terjaga dengan sendirinya dan akan terus menuju kesempurnaan. Dan apabila ia belajar dan berfikir sampai ia memperoleh ilmu pengetahuan maka ia akan menempati derajat yang tinggi, sebagai mana yang dijelaskan dalam surat Al-Mujadalah ayat 11:
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa tingkatan.”